Sesekali suara notifikasi whatsapp terdengar memecah kebisuan rutinitas. Grup penulis GLN 2017 itu masih terus ramai dan aktif. Para penulis GLN memang dikumpulkan kembali untuk menyelaraskan bahan bacaan yang sudah ditulis dan direvisi pada pertemuan Penulis GLN Tahap I. Pertemuan ke-II juga sekaligus menjadi ajang penyerahan hadiah bagi peserta yang lolos seleksi.
Dok. pribadi |
Akhirnya, hadiah itu diterima juga, hehehe. Alhamdulillah. Sayembara kali ini memang cukup unik. Meskipun sudah dinyatakan lolos seleksi, penulis tetap berkewajiban merevisi naskahnya sendiri, seperti pernah saya tuliskan di artikel sebelumnya tentang Pertemuan penulis Gerakan Literasi Tahap I.
Bagi para penulis, ini merupakan tantangan tersendiri. Bagaimana tidak, kami diharuskan merevisi menggunakan software indesign. Masalah pun bermunculan, mulai laptop atau notebook yang tidak mendukung, sampai kekurangmahiran untuk mengoperasikannya. Maklum, software indesign cukup besar kapasitasnya, perlu laptop dengan memori lumayan.
Mau tidak mau, meskipun ada prinsip tugas penulis ya menulis, soal tata letak, grafika, dan lain-lain itu lain soal. Bekerja sama dengan pengatak (layouter) profesional pun jadi pilihan, meskipun terpaksa ngutang dulu untuk honor mereka, deu...
Kover buku cerita Markas Rumah Pohon sebelum dan sesudah revisi |
Meskipun demikian, kepuasan hakiki adalah ketika naskah buku kami lolos seleksi dan akan dijadikan bahan bacaan bagi siswa dan masyarakat. Buku tersebut menurut rencana akan disebarkan ke seluruh Indonesia.
Acara pertemuan penulis tahap ke-2 dalam rangka penyelarasan bahan bacaan literasi dengan slogan "Penulis Bahan Bacaan, Pencerah Masa Depan"tersebut dibuka secara resmi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Acara diselenggarakan di Hotel Santika TMII mulai tanggal 5—7 Oktober 2017. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menyempurnakan buku berdasarkan rekomendasi dari Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk), serta memperkuat pemahaman penulis mengenai bacaan yang baik dan layak digunakan serta dapat menumbuhkan budi pekerti.
Sumber foto: badanbahasa.kemdikbud.go.id |
Pertemuan ini dihadiri oleh 110 penulis dan berbagai daerah di Indonesia. Acara pembukaan kegiatan dimeriahkan oleh Paduan Suara Labschool Jakarta dan penampilan dongeng anak, serta pemberian piagam penghargaan kepada pemenang sayembara secara simbolis untuk enam penulis, antara lain Zulfitra (Sumatra Barat, Jembatan Ratapan Ibu dan Kawa Daun), Rismawati (Aceh, Lanskap Negeri Saman), Tria Ayu K. (Yogyakarta, Batik Tambal untuk Kakek), Paskalina (Jakarta, Jajanan Tradisional Asli Indonesia), I Gusti Made Dwiguna (Bali, Nyoman Nuarta: Pematung Internasional yang Pantang Menyerah), Dzikri el Han (Papua, Cerita dari Lembah Baliem)
Penyediaan bahan bacaan literasi yang dilakukan oleh Badan Bahasa melalui Pusat Pembinaan pada tahun 2017, dilakukan melalui Sayembara Penulisan Bahan Bacaan Literasi 2017, dan telah menghasilkan bahan bacaan yang bertema lanskap dan perubahan sosial masyarakat perdesaan dan perkotaan, kekayaan bahasa daerah, pelajaran penting dari tokoh-tokoh Indonesia, kuliner Indonesia, dan arsitektur tradisional Indonesia. Bahan bacaan tersebut telah melalui berbagai proses penilaian dan perbaikan. Saat ini, bahan bacaan tersebut sudah masuk pada tahap akhir penyelarasan buku berdasarkan hasil penilaian dari Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk), Kemendikbud. Semua proses tersebut dilakukan untuk menghasilkan bahan bacaan yang layak bagi sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. (badanbahasa.kemdikbud.go.id)
“Jika tahun lalu Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa sudah menerbitkan 165 buku bacaan cerita rakyat, tahun ini, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa sudah menyerahkan 226 buku bahan bacaan kepada Pusat Kurikulum dan Perbukuan untuk dinilai, dan selanjutnya akan diterbitkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa jika lolos,” jelas Prof. Dr. Muhadjir Efendi, M.AP.
Ditambahkan bahwa dari 727 naskah yang masuk, telah terpilih 120 naskah bacaan yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Aspek yang ditinjau dan diperbaiki adalah kesesuaiannya dengan tingkat pendidikan, materi yang mendukung budi pekerti, penggunan bahasa Indonesia, dan aspek grafika. (badanbahasa.kemdikbud.go.id)
Menjadi bagian dari mereka, para penulis hebat itu, adalah sebuah anugerah tersendiri. Selain bangga dengan karya yang diapresiasi, pertemuan penulis tersebut juga sebagai wadah menimba ilmu dari para penulis lain. Terbentuklah forum-forum diskusi kecil yang membahas sastra, perbukuan, penerbitan, dan tetek bengeknya.
Para panitia kegiatan yang luar biasa |
Acara sudah usai, buku sudah direvisi, hadiah pun sudah diterima. Namun silaturahim dan persahabatan harus tetap terjalin. Grup whatsapp Penulis GLN 2017 yang semula dibuat untuk memudahkan koordinasi antara panitia dengan peserta, diharapkan tetap ada untuk ajang silaturahmi dan diskusi antarpenulis GLN 2017. Satu harapan lagi, semoga kami bisa bersemuka lagi di ajang sayembara GLN tahun 2018. Amiiin.
Banyak juga buku yang di tampilkan ya mas, Kunbal Ya
BalasHapusOk, makasih kunjungannya ya
Hapuswah seru acaranya ya mas, aku ajari bikin outline donk
BalasHapusWah, mas brati kalopun terpilih diantara 120 tapi tidak lolos ke tahap 2, bukunya tidak jadi diterbitkan dan tidak mendapat penghargaan badan bahasa ya?
BalasHapusTetap mendapatkan penghargaan dan diberi kesempatan revisi lebih lanjut. Ayo ikut yang sayembara 2018, deadline April 2018
Hapus