Menjadi seorang yang menyukai dunia menulis tentu bukan suatu kebetulan belaka. Dapat
dipastikan ada suatu hal/alasan kuat yang melatarbelakangi seseorang menjadi
penulis. Saya termasuk di antara mereka yang memiliki kisah awal menjadi
seorang penulis atau paling tidak menjadi seseorang yang suka menulis.
Semenjak kecil, tepatnya usia SD yang sudah bisa membaca, saya terbiasa
'melahap' majalah “RINDANG” terbitan
Depag (sekarang Kemenag) Jawa Tengah yang dibawa Bapak saya setiap awal bulan. Setiap PNS Depag,
termasuk Bapak, wajib berlangganan majalah tersebut. Alhasil, saya pun terkena
imbasnya yaitu keranjingan membaca. Beragam rubrik di dalamnya saya baca meski
kadang tak paham. Untunglah kala itu ada rubrik komik dan cerpen yang lumayan
menghibur.
Saya juga sering mengunjungi rumah Paman yang kebetulan tidak terlampau
jauh jaraknya. Paman yang seorang guru SD memiliki koleksi ratusan majalah
berbahasa Jawa "Panjebar Semangat".
Maklum, beliau berlangganan majalah tersebut. Di samping itu, kadangkala Paman
membawa majalah anak-anak dari sekolah. Saya pun suka sekali menikmati
rubrik-rubriknya. Ada cerita lucu, kartun, cerita misteri, dan lain-lain.
Kadang saya sampai lupa harus pulang kalau sudah asik membaca.
Jejalan informasi dari bacaan-bacaan yang saya dapatkan ternyata
menyisakan pertanyaan. Apakah saya bisa menulis seperti mereka yang ada di
dalam majalah-majalah itu? Sepertinya keren sekali kalau tulisan saya bisa muncul di majalah dan dibaca banyak orang.
Saya lantas mulai meniru cerita-cerita ringan di majalah tersebut. Saya
tiru tetapi saya ubah nama tokohnya. Cerita yang berbahasa Jawa coba saya ubah ke
bahasa Indonesia.
‘Hasil karya’ saya kemudian saya pamerkan ke teman-teman. Mereka ternyata
cukup antusias dan menyukai 'hasil karya' saya. Saya senang sekali meskipun ada
perasaan malu dalam hati karena tulisan itu bukan seratus persen karya saya.
Saya akhirnya tertantang mencoba membuat cerita sendiri. Saya buat cerita
berdasarkan imajinasi sendiri. Saya menghayalkan diri ini menjadi seorang
pendekar, superhero, dan seorang detektif. Hasilnya? Ternyata teman-teman
tetap saja antusias dan menyukai karya saya. Saya semakin bersemangat menulis.
Satu peristiwa yang cukup berkesan terjadi ketika sekolah saya mengadakan
perpisahan dan pelepasan kelas VI. Saya menjadi bagian kelas VI yang akan
dilepas. Beberapa hari sebelum acara, saya memberanikan diri menyodorkan puisi bertema
perpisahan karya saya kepada wali kelas. Saya ingin puisi tersebut menjadi
pilihan yang dibaca saat acara pembacaan puisi. Walhasil, setelah menimbang
sejenak, wali kelas akhirnya mengabulkan permohonan saya.
Puisi saya akhirnya dibacakan di atas panggung dan nama saya pun disebutkan
sebagai penulisnya. Alangkah senang hati saya. Saya merasa hasil karya begitu
dihargai.
Sayang sekali puisi tersebut tidak sempat saya dokumentasikan dengan
baik. Kala itu puisi karya saya hanya berupa tulisan tangan. Seusai acara tidak
ada yang menyimpannya sehingga raib entah ke mana.
Namun, saya akui peristiwa itu semakin melecut semangat saya untuk
menulis. Saya sudah terlanjur percaya diri bahwa karya saya bisa dinikmati dan
dihargai oleh orang lain.
Saat mulai memasuki SMA, saya aktif mengisi mading dan kadangkala membuat
drama untuk dipentaskan di ajang pentas seni sekolah. Keaktifan saya itu bahkan
membawa berkah tersendiri. Saya ditunjuk menjadi salah satu pengurus OSIS yang
membidangi publikasi dan dokumentasi.
Usai lulus SMA, saya melanjutkan kuliah ke salah satu PTN di Semarang. Kegemaran
menulis semakin menjadi. Saya bergabung dengan salah satu forum penulis dengannama besar di Indonesia, yaitu Forum Lingkar Pena (FLP). Pelatihan serta ajang
kumpul penulis yang seringkali diadakan cukup mengasah intensitas dan ketajaman
tulisan yang saya hasilkan.
Berbagai lomba menulis saya ikuti demi mengasah kemampuan menulis. Tidak peduli lomba menulis fiksi maupun nonfiksi, setiap ada
kesempatan dan saya mampu pasti saya ikuti. Saya tidak memfokuskan diri menjadi
penulis salah satu genre saja. Saya ingin menjadi penulis generalis yang mampumenulis dengan genre apa saja. Urusan menang atau kalah tidak menjadi soal
karena bagi saya yang penting ide yang ada di kepala bisa tersalurkan sehingga
ada kepuasan batin tersendiri bagi saya.
Ya, sebuah puisi sederhana akhirnya bisa memantik semangat saya untuk menulis dan terus menulis. Saya masih terus mencoba meningkatkan kemampuan menulis yang menurut saya pribadi masih sangat kurang. Perkembangan Iptek mau tidak mau harus diikuti agar hasil tulisan relevan dengan keadaan zaman. Saya masih memegang teguh keyakinan bahwa kemampuan menulis yang ditekuni akan membawa manfaat yang besar dalam kehidupan.
Keren deh. Nulis puisi lagi dong Mas Ahmad
BalasHapusTerima kasih Mbak. Untuk nulis puisi, saat ini belum 100% ready, hehehe
Hapusmoodbuster yg jossss heheehe
BalasHapusmatur nuwun, Mas :D
Hapusmaksi mas puisinya bagus D:. mampir mbk di tmpt aq kalu ada waktu luang heheheh
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung :). Oke ntar dikunjungi...
HapusAyo Mas, terus nulis, hehehe
BalasHapusTerima kasih motivasinya Mas
BalasHapusIt's awesome to pay a visit this web site annd reading
BalasHapusthe views of all maes on the tolic of this paragraph, while I am
also zealous of getting familiarity.