Pasar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah (1) n tempat orang berjual beli; pekan, (2) Ek kekuatan penawaran dan permintaan, tempat penjual yang ingin menukar barang atau jasa dengan uang, dan pembeli yang ingin menukar uang dengan barang atau jasa. Pasar adalah tempat imteraksi antara penjual dan pembeli, produsen dan konsumen.
Karena fungsinya yang mempertemukan penjual dan pembeli, pasar menjadi area penting yang seringkali menjadi barometer kondisi ekonomi suatu daerah. Ada kalanya pasar menjadi sangat ramai karena ekonomi masyarakat yang sedang bergairah, ada kalanya pasar menjadi sepi karena keadaan ekonomi juga sedang lesu.
Apabila kita melihat pola interaksi kehidupan di pasar, sebenarnya pola interaksi di dalam pasar tidak hanya terjadi pada produsen dengan konsumen saja, tetapi terdapat pola interaksi lain. Pola interaksi ini disebut dengan eksternalitas. Eksternalitas dapat dipahami dengan dampak bagi sebuah pihak dari keputusan yang diambil oleh pihak lain. Eksternalitas terdiri dari empat macam pola dampak interaksi yaitu dampak produsen terhadap produsen lain, dampak produsen terhadap konsumen, dampak konsumen dengan konsumen lain, dan dampak konsumen dengan produsen (http://pradipta-aditya-fisip12.web.unair.ac.id/)
Interaksi tersebut bisa mengakibatkan beberapa hal seperti harga yang naik turun,komoditas tertentu yang tidak laku, dan lain sebagainya. Di sinilah peran pemerintah menjadi penting sebagai pihak yang berwenang mengintervensi kegiatan ekonomi di dalam pasar. Pemerintah berperan dalam penetapan harga tertinggi (ceiling price) dan harga terendah (floor price) di dalam pasar. Jika tidak ditetapkan bisa terjadi ketimpangan, seperti penjual bisa menentukan harga seenaknya sendiri yang mengakibatkan tidak adanya keseimbangan sehingga akan berpengaruh pada kehidupan pasar.
Lalu bagaimana dengan di Bengkulu sendiri? Situs berita Kompas versi online edisi 23/5/2016 melansir bahwa ternyata,
80 persen perekonomian di Provinsi Bengkulu berasal dari sektor konsumsi, bukan sektor produksi. Hal ini menjadi perhatian Bank Indonesia (BI).
Deputi Perwakilan BI di Bengkulu, Christin R Sidabutar, mengungkapkan bahwa 80 persen pertumbuhan ekonomi di Bengkulu masih ditopang oleh faktor konsumsi, bukan produksi.
"Dari 80 persen itu, sebanyak 65 persen adalah konsumsi rumah tangga. Sisanya, konsumsi pemerintah. Sektor produksi masih kecil," kata Christin, Senin (23/5/2016).
BI menilai, dengan pertumbuhan ekonomi yang didominasi oleh konsumsi menandakan perekonomian Bengkulu rapuh.
Dari kenyataan tersebut, keberadaan pasar sebagai tempat bertransaksi menjadi sangat penting. Pun menjadi tantangan bagi pemerintah daerah untuk lebih meningkatkan peran pasar sebagai penopang ekonomi Bengkulu. Perbaikan infrastruktur, perbaikan sistem pasar, juga menjadi PR besar pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas pasar. Pasar di Bengkulu seharusnya lebih banyak menjadi tempat bertransaksi antara produsen di Bengkulu dengan konsumen di Bengkulu, bukan produsen dari luar Bengkulu saja.
Harus diakui letak geografis Bengkulu memang kurang menguntungkan. Angka kemiskinan di Bengkulu juga masih cukup tinggi, bahkan menurut data di tahun 2016 termasuk tertinggi di Sumatra (beritasatu.com). Tantangan yang sangat berat untuk bisa mengoptimalkan pasar sebagai penopang ekonomi rakyat.
Di Bengkulu, utamanya di Kota Bengkulu, pasar-pasar besar seperti Pasar Panorama, Pasar Minggu, dan Pasar Barukoto berperan cukup sentral dan strategis mempertemukan penjual dan pembeli dari luar maupun dalam Kota Bengkulu. Meskipun demikian, seperti yang sudah saya tulis di atas, komoditas yang dijual lebih banyak disuplai dari luar Bengkulu. Imbasnya, perputaran modal pun kembali ke luar Bengkulu.
Baiklah, ini hanya sekadar catatan seseorang yang bukan ahli ekonomi, hehehe. Saya hanya mencoba menuliskan apa yang saya pahami, serta mencoba menyimpulkan bahan-bahan yang sudah saya baca dari berbagai media. Tulisan ini juga saya sertakan dalam tantangan #nulisserempak bertema #PasarBengkulu yang dimotori oleh blogger Bengkulu.
Semoga bermanfaat.
=================
Sumber Referensi:
Sumber Referensi:
- http://pradipta-aditya-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-92973-PRINSIP%20ILMU%20EKONOMI%20GANJIL%202013/2014-PERAN%20PEMERINTAH%20dalam%20PASAR.html
- http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/05/24/114559126/lebih.banyak.ditopang.konsumsi.perekonomian.bengkulu.dinilai.rapuh.
- http://www.beritasatu.com/nasional/338220-bengkulu-peringkat-pertama-angka-kemiskinan-tertinggi-sesumatera.html
Konsumsi 80%?
BalasHapusWah, besar sekali itu. harusnya konsumsi dan produksi itu seimbang. Ini harus jadi perhatian kita bersama.
Saya yakin pemerintah sudah mengambil langkah strategis untuk mengatasi masalah itu.
BalasHapusDuh cukup prihatin, ternyata Angka kemiskinan di Bengkulu masih cukup tinggi.. Waktunya Semangat Bekerja dan berkreasi bung!!
BalasHapusTantangan untuk generasi muda :)
HapusPola hidup orang Indonesia kebanyakan ya konsumtif. Belanja belanja belanja. Duh, jadi pengin shopping ��
BalasHapusKalau Indonesia secara umum kemungkinan iya, Bu. Namun di Bengkulu memang terjadi ketidakseimbangan antara konsumsi dan produksi.
HapusProduk lokal harus ditingkatkan qualitas serta quantitasnya
BalasHapusYup, setuju banget
HapusPrihatin dengan keadaan Bengkulu dan Indonesia pada umumnya. Daya beli semakin lama semakin menurun sedangkan penghasilan tidak seimbang dengan biaya hidup layak sehari-hari
BalasHapusSemoga ini menjadi perhatian pemerintah dan kita semua.
HapusMenarik analisanya mas
BalasHapusTerima kasih Pak
Hapusmemang daya konsumsi masyarakat tinggi dan kurang tersedianya komoditi asli bengkulu menjadi tantangan pemerintah
BalasHapussemoga kedepannya lebih baik lagi
Iya bener banget Mbak. Amiiin...
BalasHapus