Oleh: Ahmad Khoirus Salim, S.S.
(Bekerja di Kantor Bahasa Bengkulu)
(Bekerja di Kantor Bahasa Bengkulu)
Menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah mimpi bagi
sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini tidak bisa dimungkiri lagi.
Setiap ada lowongan penerimaan ASN baru, masyarakat yang telah memenuhi
syarat akan berbondong-bondong untuk mengikuti seleksi.
Anggapan di masyarakat luas, tak terkecuali saya pribadi pada
awalnya, masih berkisar pada satu simpulan relatif, menjadi ASN akan
membuat hidup sejahtera. Apalagi karena sebagian keluarga saya ada yang
menjadi ASN.
Ayah saya sendiri seorang pensiunan guru agama di bawah Departemen
Agama. Jadilah fakta itu semakin melegitimasi pandangan tentang ASN
tersebut. Padahal kalau mau jujur sebenarnya banyak sekali peluang untuk
berwirausaha. Tetapi, menjadi ASN sepertinya sudah menjadi panggilan
hati.
Bangga rasanya melihat ayah saya yang seorang guru bisa mengabdi
kepada negara dengan menularkan ilmunya. Saya pun ingin bisa mengikuti
jejak beliau yang seperti itu, mengamalkan ilmu dengan mengabdi pada
negara.
Menjelang kuliah, keinginan saya untuk menjadi ASN pun semakin besar.
Saya menggali berbagai informasi tentang cara mengikuti seleksi
penerimaan CPNS. Seringkali saya pun berdiskusi dengan teman kuliah
perihal menjadi ASN. Banyak teman yang menganggap agar bisa menjadi ASN
harus punya dana berlebih untuk suap dan segala macamnya. Tetapi saya
punya keyakinan bahwa pasti akan ada jalan menjadi ASN dengan cara yang
jujur, dengan cara yang halal.
Akhirnya saya wisuda tahun 2010. Waktu itu saya sudah diterima
bekerja menjadi pengajar di sekolah swasta. Lagi-lagi persepsi dari
kawan sesama pengajar semakin mengukuhkan niat saya, mereka rata-rata
mengatakan kalau menjadi ASN pasti sejahtera dan terjamin.
Jadilah saya semakin bersemangat mengejar cita-cita menjadi ASN. Saya
terus berusaha mencari informasi penerimaan CPNS lewat media apa saja.
Saya mengkopi dan mengunduh berbagai jenis contoh tes masuk CPNS. Juga
membeli beragam buku kumpulan soal tes seleksi CPNS.
Gayung pun bersambut. Pada tahun 2013, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan mengadakan seleksi online penerimaan CPNS di lingkungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Salah satunya yaitu seleksi untuk
menjadi CPNS di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Dengan sangat
antusias saya pun mencari informasi seleksi formasi yang sesuai dengan
kualifikasi ijazah saya.
Saya akhirnya menjatuhkan pilihan di Kantor Bahasa Bengkulu, salah
satu UPT di bawah Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Saya
memutuskan untuk turut mendaftar karena merasa sesuai untuk bekerja di
instansi tersebut.
Saya seorang sarjana Sastra Indonesia, dan kebetulan ijazah saya
sesuai untuk salah satu formasi pegawai yang dibutuhkan di Kantor Bahasa
Bengkulu. Memang, saya sangat menyukai pekerjaan yang berhubungan
dengan bahasa, misalnya menulis, menyunting, dan sebagainya. Saya
berpikir alangkah nikmatnya nanti apabila bisa bekerja dan berkreasi
sesuai passion yang saya miliki.
Segala persyaratan untuk pendaftaran saya persiapkan sebaik-baiknya.
Tidak lupa saya meminta doa dan restu kedua orang tua. Saya berkeyakinan
penuh bahwa doa keduanyalah yang sanggup menguatkan dan melempangkan
jalan saya. Istri tercinta mendukung sepenuhnya. Saya pun semakin
terpacu dan lebih bersemangat.
Secara singkat, saya akhirnya berhasil lolos seleksi CPNS tersebut.
Keyakinan saya tentang tes seleksi CPNS yang jujur dan transparan benar
adanya. Tahapan seleksi yang saya lalui bisa saya pantau secara online
di internet. Nilai-nilai yang diperoleh para peserta ditayangkan di
website Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan secara terbuka. Peserta
disaring benar-benar berdasarkan kompetensi, bukan karena kompetisi yang
lain.
Betapa masih saya ingat perjuangan ketika mengikuti seleksi. Dua kali
saya harus bolak-balik dari Jepara, Jawa Tengah, ke Bengkulu untuk
mengikuti seleksi. Dengan dana seadanya, saya nekad mengikuti seleksi.
Waktu itu saya belum mampu membeli tiket pesawat yang paling murah
sekalipun untuk sekadar mempercepat perjalanan. Saya naik bus dan travel
yang memakan waktu kurang lebih tiga hari. Saya cukup beruntung ada
rumah saudara yang bisa menjadi tujuan menginap dan menumpang sementara.
Bangga mengabdi sebagai 'penjaga bahasa’
Mulai April 2014, saya resmi dipanggil untuk bergabung di Kantor Bahasa Bengkulu. Saya pun pindah domisili dari Jepara, Jawa Tengah, ke Bengkulu. Sedih memang karena harus terpisah dari orang tua dan kampung halaman. Tetapi, karena itu adalah konsekuensi dari sebuah pilihan, saya dan istri ikhlas untuk merantau. Insya Allah demi masa depan yang lebih baik.
Mulai April 2014, saya resmi dipanggil untuk bergabung di Kantor Bahasa Bengkulu. Saya pun pindah domisili dari Jepara, Jawa Tengah, ke Bengkulu. Sedih memang karena harus terpisah dari orang tua dan kampung halaman. Tetapi, karena itu adalah konsekuensi dari sebuah pilihan, saya dan istri ikhlas untuk merantau. Insya Allah demi masa depan yang lebih baik.
Di Kantor Bahasa Bengkulu, pada awalnya saya diberi tugas sebagai
Pengkaji Kebahasaan sesuai dengan formasi saat seleksi. Saya dan
kawan-kawan sering ditunjuk untuk menjadi tim panitia kegiatan semacam
pelatihan, Peningkatan Kompetensi Guru, Bengkel Bahasa dan Sastra, serta
lomba-lomba yang berkaitan dengan kebahasaan. Sasarannya mulai siswa
tingkat SD-SMA, mahasiswa, guru & dosen, serta masyarakat umum.
Kami juga sering mengadakan pemantauan dan penelitian terkait
dinamika bahasa Indonesia dan bahasa daerah di Provinsi Bengkulu. Jumlah
pegawai yang tidak memadai dibanding dengan luas cakupan wilayah kerja
menjadi tantangan tersendiri. Semua rencana kegiatan harus dilaksanakan
walau dengan jumlah pegawai yang minim. Jumlah kami hanya 15 orang
dengan area kerja satu Provinsi, yaitu 1 kota dan 9 kabupaten.
Dari berbagai kegiatan yang kami selenggarakan, terasa sekali bahwa
masyarakat seperti mendapatkan setitik oase tentang bahasa Indonesia.
Mereka sebenarnya membutuhkan banyak masukan materi dan informasi untuk
meningkatkan pengetahuan tentang dinamika perkembangan bahasa Indonesia.
Ada hal-hal penting yang kadang luput atau terlupakan. Di situlah
peran kami dari Balai/Kantor Bahasa menjadi cukup vital. Bahasa
Indonesia perlu diutamakan, karena itu bahasa nasional kita. Pun bahasa
daerah harus dilestarikan karena itu adalah aset budaya dan keluhuran
bangsa. Bahasa asing pun sangat perlu dipelajari demi menjaga komunikasi
dan pergaulan internasional.
Terbersit kebanggaan dalam hati saya karena lewat kegiatan-kegiatan
yang diselenggarakan oleh kantor tersebut kami bisa bermanfaat bagi
masyarakat. Kami berusaha benar-benar menjalankan amanah untuk melayani
masyarakat sebaik-baiknya, tentu dalam koridor kami sebagai ASN di
bidang kebahasaan.
ami adalah ASN yang berperan sebagai ‘penjaga bahasa’ sesuai semboyan
di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yaitu Utamakan Bahasa
Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah, dan Pelajari Bahasa Asing.
Berkutat di bidang kebahasaan, di Kantor Bahasa Bengkulu, terasa
menjadi ‘hadiah’ indah Allah pada saya. Selain kebanggaan bisa berkiprah
untuk bangsa dan negara, saya merasa ini semacam hobi yang dibayar.
Seiring dengan maraknya semangat entrepreneurship, menempuh jalan
berwirausaha dan menjadikan hobi sebagai lahan mencari nafkah, saya pun
merasa kecintaan saya pada bahasa Indonesia dan dunia menulis sudah ada
di jalur yang benar dengan menjadi ASN di Kantor Bahasa.
Seiring regulasi dan rotasi kerja yang diadakan oleh kantor, saya
akhirnya ditunjuk sebagai Pengelola Laman (website). Saya tidak merasa
terbebani sama sekali, malah merasa bangga karena dianggap mampu
mengemban tugas baru. Saya bisa belajar mengelola hal-hal baru dan
menantang. Yang terpenting saya bisa mengabdi dan berkreasi
sebaik-baiknya untuk kantor. Terlebih hal itu tidak jauh-jauh dari dunia
tulis menulis.
Bekerja sebagai Pengelola Laman di Kantor Bahasa Bengkulu berarti
menjadikan saya lebih sering bekerja di tengah ‘kesunyian’. Sehari-hari
yang saya kerjakan kebanyakan berkutat di depan laptop atau komputer.
Bertugas sebagai Pengelola Laman menjadi kebanggaan tersendiri.
Mengelola laman berarti menjadi penyampai informasi secara online agar
informasi terbaru bisa diakses masyarakat dengan mudah.
Kebanggaan tersebut akan terus berusaha saya jaga dengan memberi
pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat. Saya sadar betul, saya
digaji dari uang rakyat. Semaksimal mungkin akan saya upayakan yang
terbaik demi pelayanan yang maksimal kepada masyarakat.
Tulisan ini saya sertakan dalam lomba Korpri Story yang diadakan oleh korpri.id
Link asli tulisan: https://korpri.id/berita/2570/bangga-menjadi-asn-penjaga-bahasa-indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
~ Terima kasih sudah berkunjung. Silakan berkomentar di sini. Komentar Anda sangat berharga bagi saya. Jangan ada spam, SARA, pornografi, dan ungkapan kebencian. Semoga bermanfaat. ~