Sesuai
hadits Nabi Muhammad SAW, “Tolabul ilmi
faridhotun ‘ala kulli muslimin wa muslimatin” yang artinya kurang lebih
“mencari ilmu hukumnya wajib bagi muslim laki-laki dan perempuan”, bisa
dicermati keadaan zaman sekarang boleh jadi mencerminkan sesuatu yang
menggembirakan. Bagaimana tidak, saat ini berbagai program belajar bertebaran
di mana-mana. Mulai dari jenjang dasar hingga tinggi dapat dengan mudah
ditemukan di negeri ini.
Kemudahan-kemudahan
mendapatkan ilmu tersebut seyogyanya turut mempengaruhi harkat dan martabat
berbangsa. Kecerdasan dan keberilmuan masyarakat suatu bangsa hendaknya
berbanding lurus dengan kesejahteraan dan peningkatan taraf hidup masyarakat
bangsa tersebut.
Namun,
apakah yang terjadi dengan bangsa ini? Faktanya, kesejahteraan dan taraf hidup
bangsa ini toh tetap tak beranjak
dari tempatnya semula alias jalan di tempat (untuk tidak dikatakan mundur).
Kualitas pendidikan pun ternyata tak lebih baik dari era beberapa dekade silam.
Era lalu itu bisa dikatakan masa keemasan pendidikan kita. Guru-guru hasil
didikan bangsa ini bahkan sampai ‘diekspor’ ke negara-negara tetangga demi
meningkatkan kualitas pendidikan mereka. Tragisnya, sekarang negara-negara yang
dahulu dididik oleh guru-guru dari negara ini malah lebih maju dari negara ini
sendiri.
Pemerintah
akhirnya berusaha sekuat tenaga untuk meningkatkan mutu pendidikan. Berbagai
program diluncurkan. Peningkatan kesejahteraan tenaga pendidik adalah salah
satu yang santer diperbincangkan. Mendapat angin surga, tenaga pendidik pun
berbondong-bondong mempersiapkan diri agar bisa meraih kesempatan emas
tersebut.
Namun,
sekian tahun berjalan, tetap saja belum ada perkembangan signifikan. Mutu
pendidikan yang baik belum sepenuhnya merata di negeri ini. Berbagai aspek yang
mendorong peningkatan mutu belum begitu tertata. Tak pelak, tuntutan dari
pemerintah dengan berbagai program pengembang mutu pendidikan disikapi (baca:
disiasati) dengan berbagai macam cara. Sudah menjadi rahasia umum kalau
bermacam manipulasi adalah hal yang wajar untuk menyiasati laporan. Hal ini
tentu mengoyak nilai luhur pendidikan.
Tak
jauh beda dengan keberadaan tenaga pendidik. Meskipun tidak bisa
digeneralisasi, banyak tenaga pendidik yang tega melakukan berbagai cara agar
memperoleh tunjangan fungsional, misalnya, atau agar diangkat menjadi pegawai
negeri sipil.
Entahlah,
kapan mutu pendidikan di negeri ini akan membaik kalau keadaannya seperti
demikian. Mungkin memang benar, peningkatan mutu pendidikan akan berbanding
lurus dengan peningkatan kesejahteraan pendidik maupun tenaga kependidikan.
Pendidik dan tenaga kependidikan pun manusia yang butuh makan, papan, dan
sandang. Akan tetapi, tentu ada cara
yang lebih cerdas dan santun untuk meraih kesejahteraan tersebut.
Kita tentu berharap perubahan ke arah yang lebih baik di bidang apapun.
Tolabul
ilmi, tolabul rizqi, mencari ilmu dan mencari rezeki, untuk
manusia biasa seperti kita, adalah dua hal yang perlu saling menunjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
~ Terima kasih sudah berkunjung. Silakan berkomentar di sini. Komentar Anda sangat berharga bagi saya. Jangan ada spam, SARA, pornografi, dan ungkapan kebencian. Semoga bermanfaat. ~